Proses Penyiapan & Penggunaan (Pengolahan Film
Manual)
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Radiofotografi
Dosen
Pembimbing : Erna Widiarti,SST
Disusun
Oleh Kelompok III :
1. Amrina Rosada
2. Dipo Trisna
3. Septa Mardiana
UNIVERSITAS
KADER BANGSA PALEMBANG
FAKULTAS
KESEHATAN
2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr. Wb
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji
syukur atas kehadirat Allah SWT Karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya sehingga
Kami dapat menyelesaikan Tugas ini yang berjudul “Proses Penyiapan &
Penggunaan (Pengolahan Film Manual)” sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Dalam penyusunana tugas ini, kami
sangat menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan pada
tugas ini yang dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki. Maka
dari itu, dengan ikhlas kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
mendidik dan membangun guna memberikan manfaat bagi kami maupun semua pihak
terutama dikalangan program studi D III Teknik Rontgen Universitas Kader Bangsa
Palembang dan juga demi kesempurnaan tugas di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini kami mengucapan terima kasih untuk semua pihak. Semoga Materi ini dapat berguna
dan dapat menjadi bekal juga pengalaman kami untuk menjadi lebih baik lagi.
Palembang, Februari 2015
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar i
Proses Penyiapan &
Penggunaan (Pengolahan Film Manual)
BAB
I : Pendahuluan
o
Latar Belakang 1
BAB
II : Pembahasan
o Larutan
Developer 2
o Pembilasan
(rinsing) 4
o Cara
Pembilasan (rinsing) 4
o Proses
Pixing 4
o Kandungan
didalam larutan Fixing 5
o Washing 7
o Drying 7
o Viewing 7
Daftar Pustaka 8
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam
radiofotografi kita mengenal pencucian film radiografi adapun cara pencucian
film di lakukan dengan cara automatic
dan manual pencucian automatic di lakukan dengan menggunakan pencucian
film automatic sedangkan yang manual hanya menggunakan tangan dan cairan-
cairan pencuci adapun disini yang kami bahas adalah persiapan dan penggunaan
pencucian film manual adapun tahapan-tahapan yang di lakukan di proses
pencucian film manual adalah dengan larutan Developer,Rinsing (pembilasan),
fixing, washing, drying dan viewing semua itu akan di bahas di pembahasan yang
kami sajikan
1
BAB II
Pembahasan
· Developer
Larutan developer terdiri dari:
1)
Bahan pelarut (solvent)
Bahan yang dipergunakan sebagai
pelarut adalah air bersih yang tidak
mengandung mineral.
2)
Bahan pembangkit (developing agent)
Bahan pembangkit adalah bahan yang
dapat mengubah perak halida menjadi perak metalik. Di dalam lembaran film,
bahan pembangkit ini akan bereaksi dengan memberikan elektron kepada kristal
perak bromida untuk menetralisir ion perak sehingga kristal perak halida yang
tadinya telah terkena penyinaran menjadi perak metalik berwarna hitam, tanpa
mempengaruhi kristal yang tidak terkena penyinaran. Bahan yang biasa digunakan
adalah jenis benzena (C6H6).
Reaksi kimia yang terjadi antara
bahan pembangkit dengan film dapat dilihat sebagai berikut:
Ag + Oksida bahan pembangkit + Br - + H+àAg
Br + Bahan pembangkit
2
3)
Bahan pemercepat (accelerator)
Bahan developer membutuhkan media
alkali (basa) supaya emulsi pada film mudah membengkak dan mudah diterobos oleh
bahan pembangkit (mudah diaktifkan). Bahan yang mengandung alkali ini disebut
bahan pemercepat yang biasanya terdapat pada bahan seperti potasium karbonat
(Na2CO3 / K2CO3) atau potasium hidroksida (NaOH / KOH) yang mempunyai sifat
dapat larut dalam air.
4)
Bahan penahan (restrainer)
Fungsi bahan penahan adalah untuk
mengendalikan aksi reduksi bahan pembangkit terhadap kristal yang tidak
tereksposi, sehingga tidak terjadi kabut (fog) pada bayangan film. Bahan yang
sering digunakan adalah kalium bromida.
5)
Bahan penangkal (preservatif)
Bahan penangkal berfungsi untuk
mengontrol laju oksidasi bahan pembangkit. Bahan pembangkit mudah teroksidasi
karena mengabsorbsi oksigen dari udara. Namun bahan penangkal ini tidak
menghentikan sepenuhnya proses oksidasi, hanya mengurangi laju oksidasi dan
meminimalkan efek yang ditimbulkannya
6)
Bahan-bahan tambahan
Selain dari bahan-bahan dasar,
cairan pembangkit mengandung pula bahan-bahan tambahan seperti bahan penyangga
(buffer) dan bahan pengeras (hardening agent). Fungsi dari bahan penyangga
adalah untuk mempertahankan pH cairan sehingga aktivitas cairan pembangkit
relatif konstan. Sedangkan fungsi dari bahan pengeras adalah untuk mengeraskan
emulsi film yang diproses.
3
· Pembilasan (rinsing)
Rinsing merupakan proses pembilasan
dengan menggunakan air mengalir selama 20–30 detik yang bertujuan untuk
menghilangkan sisa-sisa larutan developer, menghilangkan activator alkali serta
mencegah netralisasi asam fixer. Proses rinsing di lakukan secara manual tetapi
tidak dilaksanakan pada proses otomatis (aoutomatic).
Terdapat dua cara rinsing yaitu
dengan :
1. Plain rinse bath ( dengan air ,
sebaiknya dengan air mengalir, jika dengan air diam harus sering diganti karena
sudah banyak mengandung larutan developer dan itu akan menghambat proses
penghilangan sisa cairan developer.
2. Acid Stop Bath ( dengan larutan asam
asetat 3% ).
· Fixing
Proses fising di lakukan bertujuan
untuk melarutkan dan menghilangkan kristal silver halide dari emulsi film,
Menghentikan proses pembangkitan sehingga tidak ada lagi proses perubahan
bayangan pada film serta Menyamak emulsi agar tidak mudah rusak. Proses fixing
dilakukan dengan cara memasukkan film dalam larutan fixer selama 10 menit dan
menggoncangkan film setiap 5-30 detik untuk mencegah terbentuknya gelembung
udara sampai terbentuk bayangan gigi dan jaringan sekitarnya.
4
Dalam proses fixing ada eberapa faktor yang mempengaruhi
kualitas dan kuantitas fixer yakni kandungan larutan fixer, suhu fixer dan
waktu fixer.
Larutan fixer memiliki beberapa
kandungan di dalamnya, diantanya :
1.
Bahan penetap (fixing
agent).
Dipilih bahan yang berfungsi mengubah perak halida. Bahan ini
bersifat dapat bereaksi dengan perak halida dan membentuk komponen perak yang
larut dalam air, tidak merusak gelatin, dan tidak memberikan efek terhadap
bayangan perak metalik. Bahan yang umum digunakan adalah natrium thiosulfat
(Na2S2O3) yang dikenal dengan nama hypo. Reaksi kimia yang terjadi pada film
adalah sebagai berikut:
Na2S2O3 + AgBr = Na2Ag(S2O3)2) + NaBr
Na2S2O3 + AgBr = Na2Ag(S2O3)2) + NaBr
2)
Bahan pemercepat
(accelerator).
Untuk menghindari
kabut dikroik dan timbulnya noda kecoklatan, biasanya digunakan asam yang
sesuai. Karena pembangkit memerlukan basa dalam menjalankan aksinya, maka
tingkat keasaman cairan penetap akan menghentikan aksinya. Asam kuat seperti
asam sulfat (H2SO4) akan merusak bahan penetap dan mengendapkan sulfur.
Maka bahan pengaktif yang umumnya dipergunakan adalah asam lemah seperti
asam asetat (CH3COOH). Akan tetapi dengan penggunaan asam lemah ini masih
terjadi pengendapan sulfur. Untuk mengatasi hal ini maka dipergunakan bahan
penangkal.
5
3)
Bahan penangkal (preservatif).
Untuk menghindari
adanya pengendapan sulfur maka pada cairan penetap ditambahkan bahan penangkal
yang akan melarutkan kembali sulfur tersebut. Bahan penangkal yang digunakan
adalah natrium sulfit, natrium metabisulfit, atau kalium metabisulfit.
4)
Balian pengeras (hardener).
Bahan ini digunakan untuk mencegah
pembengkakan emulsi film yang berlebihan. Pembengkakan emulsi akan membuat
perak bromida mudah terkelupas dan pengeringan film yang tidak merata. Bahan
yang digunakan biasanya adalah potassium alum [K2SO4Al3(SO4)2H2O], aluminium
sulfat [Al2(SO4) 3].
5)
Bahan penyangga (buffer).
Digunakan untuk
mempertahankan pH cairan agar dapat tetap terjaga pada nilai 4 - 5. Bahan yang
digunakan adalah pasangan antara asam asetat dengan natrium asetat, atau
pasangan natrium sulfit dengan natrium bisulfit.
6)
Pelarut (solvent).
Pelarut yang umum digunakan adalah air
bersih.
6
D. Washing
Merupakan proses pencucian film
dengan air sampai bau asam dari larutan fixer menghilang Tujuannya yakni
menghilangkan bahan – bahan kimia selama proses fixing, antara lain Argento
thiosulfat, sisa-sisa sodium thiosulfat dan bahan lain yang semuanya mudah
larut di air. Sebaiknya dengan air mengalir dengan suhu tidak melebihi 25 ºC, Jika
lebih akan merusak gelatin. Waktu ideal 10 menit di air mengalir (Jenkins,
1980), waktu yang terlau singkat menyebabkan masih banyak sisa cairan kimia
yang terbawa di film menyebabkan fim mudah rusak. Proses washing yang tidak
baik dapat menyebabkan discolorisasi dan menyebabkan stains (kotoran/noda) pada
film yang dapan mengurangi keakuratan informasi diagnostik.
E. Drying
Tujuan di lakukannya proses drying
yakni Agar mudah dibawa dan disimpan, mengurangi kandungan air dalam film. Hal
ini akan membuat emulsi lebih kuat dan mudah untuk dipegang serta menjaga
visualisasi Image dengan cara membatasi efek radiasi dan refleksi yang
disebabkan adanya air yang ada dipermukaan emulsi. suhu pengeringan sebaiknya
30º-40º C dengan kelembaban yang rendah yakni 60%.
F. Viewing
Tahap akhir adalah viewing, dengan
menggunakan illuminator (viewing box). Hasil akhir dalam bentuk negatif image.
7
Daftar
Pustaka
· file:///D:/radiofotografi%20/Electromedical%20Engineering%20%20Pengamanan%20kegiatan%20Radiologi.htm
8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar