BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 latarbelakang
Trauma
adalah keadaan yang disebabkan oleh luka atau cedera. Defenisi ini memberikan
gambaran superfisial dari respon fisik terhadap cidera. Trauma juga memberikan
dampak psikologis dan sosial. Pada kenyataannya, trauma adalah kejadian yang
bersifat holistik dan dapat menyebabkan hilangnya produktivitas seseorang.
Trauma lebih kompleks dari sekadar, misalnya suatu fraktur. Fraktur jari tangan
seorang pemain piano atau seorang ahli bedah, dampaknya sangat berat dan dapat
menghentikan karirnya, sementara cedera yang sama pada orang dengan profesi
lain merupakan gangguan yang ringan.
Dewasa
ini trauma melanda dunia bagaikan wabah karena dalam kehidupan modern
penggunaan kendaraan otomotif dan senjata api semakin luas. Sayangnya, penyakit
akibat trauma sering ditelantarkan sehingga trauma merupakan penyebab kematian
utama pada kelompok usia muda dan produktif seluruh dunia. Angka kematian ini
dapat diturunkan melalui upaya pencegahan trauma dan penanggulangan optimal
yang diberikan sedini mungkin pada korbannya. Perlu diingat bahwa
penanggulangan trauma bukan hanya masalah dirumah sakit, tetapi mencakup
penanggulangan menyeluruh yang dimulai di tempat kejadian, dalam perjalanan ke
rumah sakit, dan di rumah sakit.
Trauma
dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme
kelainan imunologi, dan gangguan faal berbagai organ. Penderita dengan trauma
berat mengalami gangguan faal yang penting, seperti kegagalan fungsi membran
sel, gangguan integritas endotel, kelainan sistem imunologi, dan dapat pula
terjadi koagulasi intravaskular menyeluruh (DIC=disseminated intravascular
coagulation).
1.2 Pembatasan
Masalah
Karenaketerbatasanwaktu, biayadantenagamakaPenulishanyamelakukanpenelitiandenganjudul
Trauma EktremitasAtas.
1.3 Rumusan
Masalah
berdasarkan
latar belakang diatas,adapun rumusan masalah yang akan dibahas yaitu :
“bagaimana tindakanmengetahuidanmenanganipasien
yang terkena trauma ekstremitasatas?”
1.4 Tujuan
Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
adapun
tujuanumum penelitian dari karya
ilmiah ini adalah
untuk mengetahuimacam-macam trauma
ekstremitasatassertacarauntukmenanganinya
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa
dapat memahami tentang klasifikasi trauma ekstremitas atas
2. Mahasiswa
dapat memahami mekanisme cedera pada ekstremitas atas
3. Mahasiswa
dapat memahami cara mendiagnosa dan penatalaksanaan dari trauma ekstremitas
atas
1.5 Manfaat
Penelitian
1.5.1 manfaat
untuk diri sendiri
Manfaatdaripenulisankaryailmiahini,
diharapkanmahasiswadapatmendiagnosadanmembuatrencanasolusiterhadapkelainan yang
didapatkanpadapenyakit “trauma ekstremitasatas”.
1.5.2 manfaat
untuk radiographer dan pihak rumah sakit
Melalui pembahasan karya ilmiah ini
diharapkan akan memberikan informasi dan referensi bagi radiographer maupun tenagakesehatan dalam hal mengetahui trauma padaekstremitasatas.
1.5.3 manfaat
untuk dosen dan mahasiswa Universitas Kader Bangsa
Diharapkandapatdijadikan media
pembelajarantentangkasus trauma padaekstremitasatas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
PengertianFraktur
Fraktur
atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
Farktur
dapat dibagi menjadi :
·
Menurut
ada tidaknya hubungan dengan dunia luar:
- Fraktur tertutup ( closed ) , bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
- Fraktur terbuka ( open/compound ) , bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit.
·
Berdasarkan
usia pasien
a. Patah
tulang pada anak
b. Patah
tulang pada dewasa
c. Patah
tulang pada orang tua
·
Manifestasi Klinik :
-
Nyeri
-
Deformitas
-
Krepitasi
-
Bengkak
-
Peningkatan
temperatur lokal
-
Pergerakan
abnormal
-
Echymosis
-
Kehilangan
fungsi
-
Kemungkinan
lain
·
Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan
gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih
besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi
fraktur, periosteum dan pembuluh darah
serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus
tulang rusak. Perdarahan terjadi karena
kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma
di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang
yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit,
dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar
dari proses penyembuhan tulang nantinya.
·
Diagnosis
- Anamnesis
Bila tidak ada riwayat trauma,
berarti fraktur patologis. Trauma harus diperinci kapan terjadinya, dimana
terjadinya, jenisnya, berat-ringan trauma, arah trauma, dan posisi pasien atau
ekstremitas yang bersangkutan ( mekanisme trauma ). Jangan lupa untuk meneliti
kembali trauma ditempat lain secara sistematik dari kepala, muka, leher, dada
dan perut.
- Pemeriksaan umum
Dicari kemungkinan komplikasi umum
seperti syok pada fraktur multiple, fraktur pelvis, fraktur terbuka :
tanda-tanda sepsis pada fraktur terbuka yang mengalami infeksi
- Pemeriksaan status lokalis
Tanda-tanda klinis pada fraktur
tulang panjang :
a. Look,
cari apakah terdapat
ü Deformitas,
terdiri dari penonjolan yang abnormal ( misalnya pada fraktur kondilus
lateralis humerus ), angulasi, rotasi, dan pemendekan.
ü Functio
laesa ( hilangnya fungsi ), misalnya pada fraktur kruris tidak dapat berjalan
ü Lihat
juga ukuran panjang tulang dan bandingkan kiri dan kanan
b. Feel,
apakah terdapat nyeri tekan. Pemeriksaan nyeri sumbu tidak dilakukan lagi
karena akan menambah trauma
c. Move,
untuk mencari :
ü Krepitasi,
terasa bila fraktur digerakkan. Tetapin pada tulang spongiosa atau tulang
epifisis tidak terasa krepitasi. Pemeriksaan ini sebaiknya tidak dilakukan
karena menambah trauma.
ü Nyeri
bila digerakkan, baik pada aktif maupun pasif
ü Seberapa
jauh gangguan-gangguan fungsi, gerakan-gerakan yang tidak mampu dilakukan,
range of motion ( derajat dari ruang lingkup gerakan sendi ) dan kekuatan.
·
Penatalaksanaan
fraktur
Fraktur
biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan pemeriksaan
terhadap jalan nafas ( airway ), proses pernapasan ( breathing ) dan sirkulasi
(
ciruculation ), apakah terjadi syok atau tidak.
Bila
sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi, baru lakukan anamnesis dan pemeriksaan
fisis secara terperinci. Waktu terjadinya kecelakaan penting dinyatakan untuk
mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden periode 1-6 jam. Bila lebih
dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan
fisis secara cepat, singkat dan lengkap. Kemudian lakukan foto radiologis.
Pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya
kerusakan yang lebih berat pada jaringan lunak selain memudahkan proses
pembuatan foto.
2.2
PengertianDislokasi
Dislokasi
adalah keluarnya ( bercerainya ) kepala sendi dari mangkuknya. Dislokasi
merupakan suatu kedaruratan yang memerlukan pertolongan segera.
1. Dislokasi
ad latitudinem: dislokasi ke arah lintang
2. Dislokasi
ad longitudinem: dislokasi sehingga tulang memanjang umpamanya karena tarikan
traksi terlalu besar.
3. Dislokasi
kum kontraktione: dislokasi sehingga tulang menjadi pendek, umumnya disebabkan
oleh tarikan dan tonus otot.
4. Dislokasi
ad peripheriam karena rotasi
·
Manifestasi Klinis
-
Nyeri
-
Perubahan
kontur sendi
-
Perubahan
panjang ekstremitas
-
Kehilangan
mobilitas
-
Perubahan
sumbu tulang yang mengalami dislokasi
·
Diagnosis
- Anamnesis
ü Ada
trauma
ü Mekanisme
trauma yang sesuai , misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi
anterior sendi bahu
ü Ada
rasa sendi keluar
ü Bila
trauma minimal; hal ini dapat terjadi pada dislokasi rekurens atau habitual
- Pemeriksaan klinis
·
Deformitas
ü Hilangnya
tonjolan tulang yang normal, misalnya deltoid yang rata pada dislokasi bahu
ü Pemendekan
atau pemanjangan
ü Kedudukan
yang khas untuk dislokasi tertentu
·
Nyeri
·
Functio laesa, misalnya
bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi anterior bahu
- Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi untuk
memastikan arah dislokasi dan apakah disertai fraktur.
·
Penatalaksanaan
- Lakukan reposisi segera
- Dislokasi sendi kecil dapat direposisi ditempat kejadian tanpa anastesi, misalnya dislokasi siku, dislokasi bahu, dislokasi jari. Dislokasi bahu, siku, atau jari dapat direposisi dengan anatesi lokal dan obat penenang misalnya valium.
- Dislokasi sendi besar misalnya panggul memerlukan anatesi umum
2.3Bahu dan Lengan Atas
2.3.1
Fraktur
klavikula
Penyebab biasanya trauma
langsung/direct atau tidak langsung/indirect, misal jatuh dengan tangan/siku
menumpu.
Mekanisme trauma
·
Sebagian
besar terjadi karena jatuh dengan tangan yang terulur.
·
Dapat juga terjadi
karena hantaman langsung pada bahu, seperti: terjatuh pada posisi samping.
Manifestasi klinis :
·
Nyeri Tekan pada lokasi
fraktur
·
Deformitas dengan pembengkakan
lokal.
Pemeriksaan
Diagnostik
·
X Ray: bisaanya Foto AP
bahu cukup adekuat.
·
Komplikasi
: jarang, fragment fraktur dapat membahayakan struktur neurovascular
subklavial.
·
Terapi:
Broad arm sling dan control ke klinik
ortopedik 5 hari kemudian.
Diagnosis
1. Riwayat
: waktu jatuh posisi tangan menumpu
2. Deformitas :
menonjol, udem, fraktur 1/3 lateral tanpa rupture ligamentum korakoklavikulare,
deformitas tidak jelas
3. Nyeri
tekan (tenderness)
4. Krepitasi
5. Pemeriksaan
penunjang : radiologi dan laboratorium
Gambar
1 klavikula
Penatalaksanaan
·
Konservatif : pasang
ransel verban (Figure of Eight) sampai rasa sakit hilang
·
Operatif:
o Indikasi
dilakukan tindakan operatif
1. Fraktur
terbuka
2. Rupture
ligamentum korakoklavikulare
3. Gangguan
neurovaskuler
4. Delayed/
non-union
5. Kosmetik
2.3.2
Fraktur
Skapula
Akibat trauma langsung. Fraktur
korpus dan kollum scapula umumnya terjadi pergeseran akibat tarikan otot-otot
yang melekat disitu.
·
Mekanisme
trauma : bisaanya karena trauma langsung pada dada posterolateral.
·
Manifestasi klinis :
nyeri local dan pembengkakan serta adanya associated
injury.
Pemeriksaan Diagnostik
·
X ray : AP bahu, dengan
atau tanpa Scapular View.
·
Komplikasi
: Fraktur scapular bisaanya terkait dengan cedera intrathorax yang signifikan
seperti kosta, fraktur vertebral, fraktur klavikular, cedera pembuluh darah
pulmonal dan pleksus brachialis.
·
Terapi :
1.
Isolated
Scapular Fracture: Broad arm sling dan analgesic,
kontrol ke klinik ortopedi setelah 3 hari.
2.
Bersamaan dengan cedera
intratoraks yang lain: MRS ke bedah umum.
Terapi
Konservatif
(istirahat dan mobilisasi dini setelah sakit hilang).
2.3.3
Dislokasi
Sternoklavikular
Mekanisme cidera
Cedera yang jarang terjadi.
Biasanya disebabkan oleh kompresi lateral pada bahu. Jarang sekali terjadi
akibat pukulan langsung pada dada.
Dislokasi
anterior jauh lebih sering terjadi pada dislokasi posterior.
Gambaran klinik
Dislokasi anterior
|
Dislokasi posterior
|
-
Ujung medial
klavikula akan membentuk benjolan yang menonjol pada sendi sternoklavikular
-
Nyeri
-
Biasanya tidak
terdapat komplikasi kardiotoraks
|
-
Jarang terjadi,
tetapi lebih berbahaya
-
Rasa tidak enak
sangat terasa
-
Tulang rusuk dapat
mengalami fraktur
-
Kadang-kadangpasien
mengalami syok dan dispnea
|
Sinar
x: karena tumpang tindihnya bayangan, hasil sinar x biasanya sulit ditafsirkan.
CT adalah metode ideal untuk mendiagnosis dislokasi anterior atau posterior
tetapi tidak termasuk fraktur pada ujung medialklavikula.
Terapi
a.
Dislokasi anterior
Basanya
dapat direduksi dengan memberikan tekanan pada klavikula dan menarik lengan
dengan bahu dalam keadaan abduksi. Tetapi, biasanya sendi ini berdislokasi
lagi. Keadaan ini tak banyak membawa masalah, fungsi akan pulih kembali
sepenuhnya. Meskipun dapat memakan waktu beberapa bulan. Fiksasi internal tak
diperlukan dan berbahaya karena ada pembuluh besar di belakang sternum)
b.
Dislokasi posterior
Reduksi
dilakukan secepat mungkin. Biasanya dapat dilakukan secara tertutup (kalau
perlu dengan anestesi umum) dengan membaringkan pasien pada karung pasir
diantara skapula dan kemudian menarik lengan dengan bahu dalam keadaan abduksi
dan ekstensi. Kalau gagal, ujung medial klavikula dicepit dengan forsep tulang
dan ditarik ke depan. Setelah reduksi, bahu diperkuat lagi dengan pembalut yang
berbentuk angka delapan, yang dipakai selama 3 minggu.
2.3.4
Dislokasi
Anterior pada Bahu
Secara
statistic : 96% dislokasi anterior, 3,4% posterior, 0,1% inferior (luxatio
ercto).
Dislokasi Anterior
·
Mekanisme trauma :
jatuh yang menyebabkan rotasi eksternal bahu.
·
Manifestasi :
1.
Khas
: penderita bisaanya menyangga lengan yang cedera pada bagian siku dengan
menggunakan tangan sebelahnya.
2.
lengan dalam posisi
abduksi ringan
3.
Kontur terlihat ‘squared off’
4.
Nyeri yang sangat.
·
X ray : AP dan axial
atau Y-Scapular view akan membantu membedakan dislokasi anterior dengan
posterior.
Catatan : X ray sangat
penting menurut standar medikolegal untuk menyingkirkan fraktur lain yang
terjadi sebelum dilakukannya manipulasi dan Reduksi ( M & R). ada
peningkatan bukti yang menunjukkan bahwa dislokasi bahu yang rekuren dan
atraumatis tidak membutuhkan pre-M&R X ray. Namun, keadaan ini tidak diterima secara luas dalam
kalangan ahli ortopedi.
Perlu
diperhatikan :
1. Buat
diagnosis melalui diagnosis fisik
2. Lakukan
foto rontgen untuk mengevaluasi reduksi
dan fraktur
3. Dislokasi
berulang adalah umum. Terutama pada pasien yang lebih muda.
Terapi:
·
Kurangi dislokasi akut
dengan posisi supinasi
·
Jika reduksi dilakukan dengan 2 orang penolong, satu orang
dapat meletakkan sebuah kain diantara ketiak untuk traksi yang berlawanan.
Tarik secara perlahan dengan siku yang flexi . ketika pasien merelaksasi
otot-otot bahu, maka dapat dirasakan caput humeri masuk kembali ke dalam
tempatnya
Gambar
2 meletakkankainpadabahu
·
Jika reduksi dilakukan
oleh 1 orang, letakkan kaki pada axilla, dan tarik tangan secara perlahan.
Gambar
3 kaki pada axilla
·
Setelah reduksi,
posisikan tangan seperti pada gambar untuk mencegah abduksi dan rotasi external
·
Lakukan latihan
penguatan selama 6 minggu, dengan penekanan pada kekuatan rotasi internal
·
Dislokasi berulang
ditanggulangi dengan cara yang sama. Setelah beberapa dislokasi, pertimbangkan
untuk melakukan stabilisasi bahu untuk
mencegah dislokasi berulang.
2.3.5
Dislokasi
posterior bahu
·
Mekanisme Trauma
1.
Bisaanya karena jatuh
pada tangan yang terotasi ke dalam serta terjulur atau karena hantaman pada
bagian depan bahu.
2.
Terkait
dengan kontraksi otot saat kejang atau cedera akibat tersetrum listrik.
·
Manifestasi
1.
Lengan
terletak berotasi internal dan adduksi
2.
Px
merasakan nyeri, dan terdapat penurunan peregerakan dari bahu.
·
X ray : AP (Gambar 2a)
dan Y scapular view (Gambar 2b)
Catatan : sangat mudah
terjadi missdiagnosa dislokasi bahu posterior pada bahu AP. Suspek dislokasi
posterior jika terdapat ‘light bulb sign’
karena rotasi internal bahu dan terdapat overlap antara head humerus dan
glenoid labrum pada foto bahu AP.
·
Komplikasi : kerusakan
arteri aksilaris dan nervus brakialis.
·
Terapi : prinsip sama
dengan dislokasi anterior
1.
Untuk isolated
dislokasi posterior, coba M&R dibawah IV conscious sedation.
2.
Untuk dislokasi
posterior dengan fraktur tuberositas, coba M&R dibawah conscious sedation.
3.
Untuk
dislokasi posterior dengan fraktur humeral shaft, MRS untuk M&R di bawah
GA, pertimbangkan ORIF.
·
Teknik :
1.
Dibawah kondisi IV conscious sedation, pasang traksi pada
lengan pada posisi abduksi 90o.
2.
Kadang countertraction dengan seorang asisten
menggunakan rolledsheet dibawah aksilla perlu dilakukan.
3.
Secara
perlahan lengan dirotasikan ke eksternal.
4.
Setelah
relokasi dilakukan pada kasus yang pertamakali terjadi pada seorang dewasa
muda, aplikasikan strapping bersama
dengan collar dan cuff.
5.
Setelah relokasi pada
lansia, aplikasikan collar & cuff dan pertimbangkan early mobilization.
·
Disposisi
: Klinik ortopedi setelah 3 hari.
2.3.6
Fraktur
pada humerus proksimal
Fraktur ini mungkin
melibatkan struktur anatomi neck
humeral juga tuberositas atau dengan kombinasi yang bermacam-macam.
·
Mekanisme trauma :
jatuh pada satu sisi, pukulan langsung pada area tersebut, atau jatuh dengan
tangan yang terulur.
·
Manifestasi klinis:
1.
Nyeri
tekan, pembengkakan pada proksimal humerus.
2.
Lebih
lanjut, akan terdapat memar yang besar yang menuju pada bagian bawah lengan
karena gravitasi.
·
X ray : foto AP dan
lateral humerus
·
Komplikasi :
1. Adhesive
capsulitis (frozen shoulder)
2. Cedera
struktur neurovascular
3. Nekrosis
avascular humeral head.
·
Terapi : pasang collar
& cuff
·
Disposisi :
1. Fraktur
displaced tuberositas mayor yang berat mungkin membutuhkan MRS untuk ORIF
dengan GA.
2.
Fraktur
displaced yang ringan dapat KRS, kemudian control ke klinik ortopedik dalam 3
hari.
Biasanya
terjadi setelah usia pertengahan dan banyak ditemukan pada wanita yang
menderita osteoporosis pada masa pasca menopause. Fraktur biasanya terjadi
setelah jatuh pada lengan yang terlentang. Jenis cedera pada orang muda mungkin
menyebabkan dislokasi bahu. Kadang-kadang terjadi fraktur dan dislokasi.
Terapi:
·
Fraktur yang sedikit
bergeser : cukup di istirahatkan hingga nyeri mereda setelah itu dilakukan
gerak pasif baru kemudian gerak aktif.
·
Fraktur dua bagian :
a.
Konservatif : velpeau
verban
b.
Operativ : internal
fiksasi
2.3.7
Fraktur
batang humerus
Biasanya
terjadi pada penderita dewasa, terjadi karena trauma lansung yang menyebabkan
garis patah transversal atau kominutif.
Gambar 4 frakturhumerus
Manifestasi
klinis, terjadi functi laesa lengan atas yang
cidera, untuk menggunakan siku harus dibantu oleh tangan yang sehat. Bila
terjadi gangguan pada nervus radialis , akan terjadi wrist drop ( drop hand ).
Penatalaksanaan,
tindakan konservatif memberikan hasil yang baik
karena fraktur humerus ini sangat baik daya penyembuhannya. Imobilisasi dengan
gips berupa U-slab atau hanging cast selama 6 minggu.
2.3.8
Fraktur
interkondilar humerus
Pada
fraktur ini bentuk garis patah yang terjadi berupa bentuk hutuf T atau Y
Manifestasi klinis, didaerah siku tampak jelas pembengkakan ,
kubiti varus atau kubiti valgus.
Penatalaksanaan, permukaan sendi harus dikembalikan secara
anatomis. Bila hanya konservatif, biasanya akan timbul kekauan sendi
(ankilosis). Untuk mengatasi keadaan ini dilakukan tindakan operasi reduksi
dengan pemasangan fiksasi interna dengan lag-screw.
2.3.9
Fraktur
kolum humerus
Sering terjadi pada wanita tua karena
osteoporosis. Biasanya berupa fraktur impaksi.
Manifestasi klinis, sakit diaderah bahu tetapi fungsi lengan masih
baik karena fraktur impaksi merupakan fraktur yang stabil.
Penatalaksanaan, pada fraktur impaksi tidak diperlukan reposisi, lengan yang cidera
cukup diistirahatkan dengan memakai gendongan (sling) selama 3 minggu. Bila
disertai dialokasi abduksi, dilakukan reposisi dan diimobilisasi dengan gips
spica, posisi lengan dalam abduksi posisi overhead.
2.4Siku dan Lengan Bawah
2.4.1
Fraktur
suprakondilus
Berdasarkan
mekanisme terjadinya fraktur
1.
Tipe
ekstensi, trauma terjadi ketika siku dalam posisi
hiperekstensi, lengan bawah dalam posisi supinasi. Hal ini akan menyebabkan
fraktur pada suprakondilar, fragmen distal humerus akan mengalami dislokasi ke
anterior dari fragmen proksimalnya.
2.
Tipe
ekstensi, trauma terjadi ketika posisi siku dalam
fleksi, sedang lengan bawah dalam posisi pronasi. Hal ini menyebabkan fragmen
distal humerus mengalami dislokasi ke posterior dari fragmen proksimalnya.
Apabila
terjadi penekanan pada arteri brakialis , dapat terjadi komplikasi yang disebut
dengan iskemia volkmanns. Timbulnya sakit, denyut arteri radialis yang
berkurang, pucat, rasa kesemutan, dan kelumpuhan merupakan tanda-tanda klinis
adanya iskemia ini (pain, pallor, pulselesness, puffyness, paralises ).
Fraktursuprakondilus
Manifestasi
klinis, pada tipe ekstensi posisi siku dalam
posisi ekstensi. Pada tipe fleksi posisi siku dalam posisi fleksi (semifleksi).
Penatalaksanaan, bila
pembengkakan tak hebat, dapat dicoba reposisi dalam narkosis umum. Setelah
tereposisi, posisi siku dibuat fleksi secara perlahan-lahan. Gerakan fleksi
diteruskan sampai arteri radialis mulai tak teraba. Kemudian siku diekstensikan
sedikit untuk memastikan arteri radialis teraba lagi. Dalam posisi fleksi
maksimal ini dilakukan imobilisasi dengan gips spalk (foreslab). Pascaoperasi
harus juga diperiksa denyut a. Radialis untuk menghindarkan terjadi komplikasi
iskemia volksmann.
2.4.2 Fraktur bikondilus
Diakibatkan
jatuh pada pusat siku menyebabkan procecus olekranon terdorong ke atas,
membelah kondilus menjadi dua.
Gambar
6 frakturbikondilus
Terapi
:
·
Konservatif : slab
posterior dengan siku berfleksi hamper 90 derajat, gerakan dimulai setelah 2
minggu Fraktur tanpa pergeseran hanya membutuhkan.
·
Fraktur yang cukup
bergeser dilakukan reduksi terbuka dan fiksasi internal.
2.4.3
Fraktur-pemisahan
pada epifisis kondilus lateral
Epifisis
kondilus lateral mulai mengeras selama tahun pertama kehidupan dan berfusi
dengan batang setelah 12-16 tahun. Antara usia-asia ini, bagian ini dapat
terlepas atau teravuli bila traksi terlalu kuat.Disebabkan jatuh pada tangannya
dengan siku menekan dalam varus. Gambaran klinik, siku membengkak (tapi tidak
mengalami deformitas) dan terdapat nyeri tekan pada kondilus lateral.
Terapi :
·
Konservatif : Dibebat
backslap dengan siku flexi 90 drajat atau dapat dimanipulasi kedalam posisinya
dengan mengekstensikan siku dan menekan kondilus dan kemudian melakukan fiksasi
pada fragmen dengan pen perkutan (Sedikit pergeseran lengan).
·
Operativ : reduksi
terbuka dan fiksasi internal dengan pen atau sekrup.
2.4.4
Fraktur-pemisahan
pada epifisis kondilus medial
Pemisahan
epifisis kondilus medial mulai mengeras pada umur sekitar 5 tahun dan berfusi
dengan batang sekitar umur 16 tahun; antara usia ini dapat terjadi avulse
akibat jatuh pada tangan dengan pergelangan tangan dalam keadaan
ekstensi.Epifisis tertarik ke distal oleh flesor pergelangan tangan yang
melekat.
Terapi :
·
Konsevatif ; manipulasi
dengan siku dalam valgus dan pegelangan tangan hyperekstensi ( untuk menarik
otot flesor).
2.4.5
Fraktur-pemisahan
seluruh epifisis distal humerus
Pasca
cidera yang hebat segmen ini dapat terpisah secara utuh. Contohnya, pada cedera
waktu melahirkan.
Terapi:
·
Fraktur yang brgeser ke
posterior : direduksi secepat mungkin,dibawah anestesi umum. Ini dilakukan
dengan maneuver secara metodik dan berhati-hati.
·
Fraktur yang bergeser
ke anterior : direduksi dengan menarik lengan bawah dengan siku pada posisi
semi fleksi.
2.4.6
Fraktur kapitulum
Fraktur
ini hanya terjadi pada orang dewasa. Jatuh biasanya dengan posisi siku lurus.
Setengah anterior kapitulum dan trokhlca patah dan bergeser ke proksimal.
Gambaran kliniknya; depan siku yang tampak penuh merupakan tanda yang paling
menonjol. Fleksi sangat terbatas.
Gambar 7 frakturkapitulum
Terapi
:
·
Konsevatif : diterapi
dengan pembebatan sederhana selama 2 minggu (fraktur yang tak bergeser).
·
Operativ : untuk
fraktur yang bergeser
2.4.7
Fraktur
kaput radius
Fraktur
kaput radius sering ditemukan pada orang dewasa.Disebabkan karena jatuh pada
tangan yang terlentang dapat memaksa siku kedalam valgus dan menekan kaput
radius pada kapitulum.
Gambar 8 fraktur kaput radius
Terapi
:
·
Pada retakan yang tak
bergeser, lengan dipertahankan dalam collar dan manset selam 3 minggu.
·
Fragmen tunggal yang
besar dapat direkatkan kembalidengan kawat kirschner.
·
Fraktur kominutif
diterapi dengan reduksi kaput radius.
2.4.8
Fraktur
leher radius
Jatuh
pada tangan yang terlentang dapat memaksa siku kedalam valgus dan menekan kaput
radius pada kapitulum. Pada orang dewasa kaput radius dapat retak atau patah;
pada anak-anak tulang lebih mungkin menglami fraktur pada leher radius.
Terapi :
·
Pergeseran sampai 20
derajat dengan lengan diistirahatkan dalam collar dan manset dan latihan
dimulai setelah satuminggu.
·
Pergeseran lebih 20
derajat, direduksi dengan lengan ditarik kedalam estensi dan sedikit varus.
2.4.9 Fraktur olekranon
·
Mekanisme trauma :
bisaanya karena jatuh pada siku, juga karena kontraksi yang kuat pada otot
trisep.
·
Manifestasi
klinis : nyeri tekan local dan bengkak/bruising (memar) di daerah olekranon.
·
X ray : AP dan lateral
siku.
·
Terapi :
1. Jika
tidak terdapat displacement dari fraktur, atau ada tapi minimal, pasang long
arm back slab dan control ke klinik ortopedi setelah 5 hari.
2. Jika
fraktur displaced, pasang long arm back slab dan MRS untuk M&R dibawah GA,
KIV ORIF
Terjadi
disebabkan karena pukulan langsung atau jatuh pda siku dan akibat dari traksi
ketika jatuh pada pada otot tangan saat otot trisep berkontraksi.
Gambar 9 frakturolekranon
Terapi
:
·
Konservatif :
diimobilisasi dengan gips pada posisi fleksi 60 derajat selama 2-3 minggu dan
kemudian latihan dimulai ( fraktur yang tak bergeser ).
·
Operativ : Fraktur
direduksi dan ditahan dengan sekrup panjang atau dengan pemasangan kawat dengan
tegangan ( tension band wiring ) fraktur yang bergeser.
2.4.10
Fraktur
monteggia
Fraktur
montegia merupakan fraktur sepertiga proksimal
ulna disertaidislokasi sendi radiusulna proksimal. Terjadi karena trauma
lansung.
Manifestasi
klinis, terdapat 2 tipe yaitu tipe ekstensi (
lebih sering ) dan tipe fleksi. Pada tipe ekstensi gaya yang terjadi mendorong
ulna ke arah hiperekstensi dan pronasi. Sedangkan pada tipe fleksi , gaya
mendorong dari depan ke arah fleksi yang menyebabkan fragmen ulna mengadakan
angulasi ke posterior.
Pemeriksaan
penunjang, pemeriksaan radiologis dilakukan untuk
menetukan ada/tidaknya dislokasi. Lihat kesegarisan antara kondilus medialis,
kaput radius, dan pertengahan radius.
Penatalaksanaan,
dilakukan reposisi tertutup . asisten memegang
lengan atas, penolong melakukan tarikan lengan bawah ke distal, kemudian
diputar ke arah supinasi penuh. Setelah itu dengan jari kepala radius dicoba
ditekan ke tempat semula. Imobilisasi gips sirkuler dilakukan diatas siku
dengan posisi siku fleksi 90 derajat dan posisi lengan bawah supinasi penuh.
Bila gagal, dilakukan reposisi terbuka dengan pemasangan fiksasi interna
(plate-screw).
2.5
Pergelangan
tangan dan tangan
2.5.1 Fraktur colles
Deformitas pada fraktur ini
berbentukj seperti sendok makan ( inner frok deformity). Pasien terjatuh dalam
keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke dalam
(endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar
(eksorotasi/supinasi).
Manifestasi
klinis
ü Fraktur
metafisis distal radius dengan jarak lebih kurang 2,5 cm dari permukaan sendi
distal radius.
ü Dislokasi
fragmen distalnya ke arah posterior/dorsal
ü Subluksasi
sendi radioulnar distal
ü Avulsi
prosesus stilodeus ulna
Penatalaksanaan,
pada fraktur colles tanpa dislokasi hanya diperlukan
imobilisasi dengan pemasangan gips sirkcular dibawah siku selama 4 minggu. Bila
disertai dislokasi diperlukan tindakan reposisi tertutup. Dilakukan dorsofleksi
fragmen distal, traksi kemudian posisi tangan volar fleksi, deviasi ulna (
untuk mengoreksi deviasi radial ) dan diputar ke arah pronasio ( untuk
mengoreksi supinasi ). Imobilisasi dilakukan selama 4-6 minggu.
2.5.2
Fraktur
smith
Fraktur
smith, merupakan fraktur dislokasi ke arah
anterior ( volar ), karena itu sering disebut reverse colles frakture. Fraktur
ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh dengan tangan menahan badan
sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi.
Garis patahan biasanya transversal, kadang-kadang intraartikular.
Manifestasi
klinis, penonjolan dorsal fragmen proksimal
fragmen distal disisi volar pergelangan, dan deviasi tangan ke radial (garden
spade deformity).
Penatalaksanaan,
dilakukan reposisi tangan diletakkan dalam posisi
dorsofleksi ringan, deviasi ulnar dan supinasi maksimal (kebalikan posisi
colles). Lalu diimobilisasi dengan gips diatas siku selama 4-6 minggu.
2.5.3 Fraktur skafoid karpal
·
Mekanisme trauma :
1.
bisaanya
karena jatuh pada posisi tangan terulur
2.
kadang
karena ‘kickback’ ketika menggunakan ‘starting handle’, pompa atau kompresor.
1. Nyeri
pada tepi radial pergelangan tangan
2.
nyeri
tekan pada anatomical snuffbox dan
aspek ventral serta dorsal dari scapoid.
·
X ray : AP dan lateral
view dari pergelangan tangan (gambar 7b), juga Scaphoid view (gambar 7a).
Catatan
: Scaphoid view harus dilakukan pada semua px dengan nyeri tekan pada ‘snuffbox’ area.
·
Komplikasi : nekrosis
avaskular nekrosis/ non-union/osteoarthritis/suddeck’s atrophy.
·
Terapi :
1. pada
kasus fraktur scaphoid definitive : pasang scaphoid spica splint dan control
pada klinik ortopedi setelah 5 hari.
2. Pada
kasus dengan kecurigaan fraktur scapoid namun tidak ada gambaran fraktur pada X
ray, maka paang scaphoid spica splint dan control pada klinik ortopedi setelah
10-14 hari.
2.5.4
Dislokasi
Lunate
·
Mekanisme
trauma : bisaanya karena jatuh dengan tangan yang terulur.
·
Manifestasi
klinis : nyeri tekan local dan bengkak
·
X
ray : AP dan lateral pergelangan tangan (gambar 8)
·
Komplikasi : palsy
nervus medianus/avaskularnekrosis/sudeck’s atrophy.
·
Terapi :
1. Reduksi
dibawah Bier’s Block
2.
Monitor
tanda vital dan EKG.
·
Teknik Reduksi
1.
Pasang
traksi untuk mensupinasi pergelangan tangan
2.
Luruskan
pergelangan tangan, pertahankan tarikan tersebut.
3. Aplikasikan
tekanan dengan ibu jari pada lunate.
4.
Fleksikan
pergelangan tangan secepatnya ketika anda merasakan lunate masuk ke dalam
tempatnya.
5.
Pasang
short arm back slab pada posisi pergelangan tangan agak fleksi.
·
Disposisi
1.
bila
reduksi berhasil, control ke klinik ortopedi setelah 2 hari.
2.
Jika
percobaan reduksi tidak berhasil, pasang backslab dan MRS untuk ORIF
2.5.5
Dislokasi
Perilunate
·
Mekanisme trauma :
karena jatuh saat tangan terulur atau hantaman langsung pada tangan.
·
Manifestasi
klinis : nyeri tekan local, bengkak, dan deformitas.
·
X ray : AP dan oblique
view dari metacarpal.
·
Terapi :
1.
Jika
fraktur undisplaced, pasang short arm backslab dan control ke klinik ortopedi
dalam 2-3 hari.
2. Jika fraktur displaced, coba reduksi di bawah Bier’s
block, diikuti dengan aplikasi backslab. Control ke
klinik ortopedi dalam 2-3 hari.
3. Jika
fraktur melibatkan metacarpal neck, splint harus diluruskan diluar PIPJ dengan
MCJP pada saat fleksi 90o. control ke klinik ortopedi dalam 2-3
hari.
BAB
III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
kesimpulan
Trauma
adalah keadaan yang disebabkan oleh luka atau cidera. Trauma pada ekstremitas
atas dapat terjadi berupa fraktur dan dislokas. Untuk menegakkan diagnosa
dibutuhkan anamnesa yang baik, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.
Penatalaksanaan trauma baik fraktur maupun dislokasi tergantung dari jenis
trauma yang diderita pasien
B.
Saran
a. Untuk
karya tulis ilmiah selanjutnya
Karya tulis ilmiah ini
dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi karya tulis ilmiah selanjutnya yang
ingin membuat karya tulis ilmiah dengan topik dan ruang lingkup yang sama.
b. Untuk
radiographer danpihakrumahsakit
Hasil karya tulis ilmiah
ini hendaknya dapat dijadikan sebagai informasi bagi radiografer dalam proses belajar
khususnya tentang trauma ekstremitas atas.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Apley graham A. Dkk.
1995.buku ajar ortopedi fraktur sistem
apley edisi 7. jakarta;wydia medika
·
Bickley s. Lynn. 2008.buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat
kesehatan bates edisi 5. jakarta;EGC
·
Burnside dkk. 1995.adams diagnosis fisik. jakarta;EGC
·
Malik amirmuslim Prof.
Dr. PhD dkk. 2011. BRP modul gawat
darurat bedah. padang;FK UNBRAH
·
Mansjoer arif dkk.
2009.kapita selekta kedokteran jilid 2.
jakarta;media aesculapius
·
Sjamsuhidajat R. Dkk.
2005. buku ajar ilmu bedah. jakarta;EGC
Casinos near Hollywood Casino and Racetrack - Mapyro
BalasHapusFind your nearest Casino and Racetrack locations with Mapyro. You'll also 여수 출장샵 find 속초 출장안마 the best gaming options at 포천 출장안마 Horseshoe in 상주 출장샵 Hollywood, FL and 안동 출장안마 nearby Hollywood Casino