Senin, 20 Juli 2015

Kerang Cinta

Dibangku panjang tempat ku duduk, diselasar Rumah Sakit Bersalin Palembang menunggu kehadiran keluarga baru. Terlihat sepasang anak kecil berjalan kearahku, mereka menawarkan sup kerang hangat dan segelas kopi untuk sarapanku pagi ini. Aku langsung teringat akan sosok wanita, Wanita yang kala itu selalu memukau perhatianku. Saat itu aku masih kelas 5 di SDN 20 /1 Jembatan Mas (Jambi). Kejadiannya bermula ketika bel istirahat berbunyi. “senoooo... kemari lah, ibu aku masak kerang tadi, kamu mau tidak?” Seru gadis kecil yang selalu ada dibenakku tersebut. Nada namanya, aku terpukau mendengar suaranya. “seeenooooo... cepat sini” suara lembutnya membuyarkan lamunanku. “eeh, iya Nada, apaan ni?” kata ku sambil mengambil makanannya.
“ini kerang sen, kamu belum pernah makan?”
“belum.. gimana cara makannya? Kok keras gini?” kata aku keheranan sambil menggigit kulit kerang.
“eee, bukan gitu, gini caranya” sambil membuka kulit kerang dan memberikan daging kerang kepadaku.
“baru kali ini aku makan kerang Nada, enak, dimana beli nya?”
“ga tau.. kamu suka?”
“suka”
“kapan – kapan kalau ibu aku masak kerang lagi, kamu mau lagi tidak?”
“mau dong, janji ya!”
“iyaaa, janjii” Bell masuk pun berbunyi. Dan kami melanjutkan pelajaran seperti biasanya. Nada adalah siswi pindahan dari kota Palembang. Ia gadis yang pintar, aktif, dan manis. Setiap omongannya selalu diiringi senyum tipis yang melingkar dibibirnya. Ya meskipun hanya senyum tipis, tapi itu sudah bisa meruntuhkan langit bagiku. Teman temanku selalu saja mengolok - olokkan ku untuk segera berpacaran dengannya. Terutama Feri, sahabatku yang bertubuh pendek itu selalu saja memberikan aku dorongan untuk memacari Nada, Aku bukannya tidak mau, bahkan maksud dari pacaran itu saja aku belum mengerti, hanya saja aku selalu merasa gugup saat disampingnya. Hari demi hari aku jalani dengan sangat bersemangat, bersama sahabat – sahabatku yang jahil banget, aku merasa masa inilah yang tidak bisa aku lupakan nantinya. Sampai kenaikan kelas, aku dan sahabat -sahabatku naik ke kelas 6A. Tapi ada satu hal yang membuat aku sedih, Nada harus pindah sekolah lagi. Ia pindah karena harus ikut ayahnya yang dipindahkerjakan entah kemana. Aku sedih karena aku tidak menghiraukan saran temanku yang mengatakan bahwa harus utarakan perasaan aku ke dia. Kami berpisah pun tanpa ada kata berpamitan, ya aku hanya mencoba fokus saja dengan apa yang ingin aku raih.
Pertemuan Kembali Sekarang usiaku sudah 23 tahun. Aku baru saja menyelesaikan tesisku, aku bekerja sebagai pengajar di salah satu perguruan tinggi swasta di Jambi. Semenjak berpisah dengan Nada, aku tidak terlalu memikirkannya, aku hanya fokus sama sekolahku saja, aku mulai aktif di organisasi extra sekolah semenjak SMP, aku mulai ikut bepergian kemana – mana. Bahkan aku sudah keliling Indonesia menaiki kapal perang RI pada usia 15 tahun. Disinilah aku kembali teringat akan sosok wanita yang dulu pernah menggemparkan hatiku. Bagaimana tidak, selama 31 hari aku disajikan makanan laut yang tidak pernah lepas dari kerang, dan sampai saat ini pun aku tidak pernah melupakan itu. Tidak terasa masa libur kerjaku telah tiba, aku sudah tidak sabar menanti kedatangan sahabat kecilku, siapa lagi kalau bukan Feri? Sahabatku ini sekolah dan sekarang bekerja di pesantren tertua di propinsi Jambi. Sudah 8 tahun aku tidak bertemu dengannya dan seperti apa rupanya pun aku tidak tahu. Dia sudah janji untuk datang kerumahku hari ini. Tepat jam 8 malam dia tiba di rumahku. “assalamuallaikum saudaraku” “waallaikum salam.... Ferii?” tanya ku sedikit pangling melihat penampilannya yang berpakaian jubah putih dan berjenggot tipis hampir menyerupai kyai. “Senoo, saudaraku, Alhamdulillah kau masih mengenaliku” “hampir aku pangling melihatmu Fer” “ikatan persaudaraan itu tak kan pernah merubah pandangan satu sama lain, meskipun sudah lama tak bertemu” “masyaa Allah, kayaknya kamu udah pantas aku panggil kyai ni, hahaha” “haha, bisa saja kamu, ayo masuk, anggap saja rumah sendiri”. Kata Feri menyindirku. Ucapannya menyadarkanku bahwa sedari tadi aku belum mempersilahkannya masuk. “astaghfirullah, lupa aku Fer, ayo – ayo silahkan masuk” “sudah biasa, kamu kan dari SMP dulu selalu begitu” “heeeh, dilarang flashback” “hihi, mana istrimu?” “aku belum menikah Fer, tolong jangan menyindir” “oooooh,, ga laku yaaa? Haha, menikahlah seno, menikah adalah separuh dari ibadah kita di dunia, jika kamu sudah mampu maka menikahlah” “iya Fer, belum ada calon yang pas, emang kamu sudah menikah” “aku belum sen, aku masih ingin mendekatkan diri sama Allah dulu, oya, gimana kabar Nada sekarang?” “entahlah Fer, semenjak perpisahan dulu aku belum mendapatkan kontaknya”. “tenang seno, Jodoh udah ada yang ngatur, kalau kamu serius sama Nada, deketin aja yang ngatur, minta pada_Nya untuk mempertemukan kalian, kalau memang kalian berjodoh, kalian akan bertemu” “Aamiin... mudah – mudahan ya Fer” “cepat atau lambat kalian akan bertemu kok” “kamu sekolah agama atau sekolah dukun sih Fer? Kayak tau amat kamu sama masa depan aku” “hihihi, mudah – mudahan kamu dipertemukan olehNya, oya aku pamit dulu ya, aku mau kerumah orang tua ku” “eh, iya fer, hati – hati, jangan kapok kemari ya” “haha, aku ga bakal kapok kok kemari, yaa meskipun ga disuruh masuk, hihi, assalamuaallaikum” “bisa aja kamu Fer, waallaikum salam” Tidak lama setelah Feri pamit pergi dari rumahku, aku berniat untuk membuka facebook untuk sekedar update status, tapi aku sangat terkejut melihat info permintaan pertemanan, beribu perasaan rasanya bersatu melihat hal tertulis disitu “Nada Bahri mengirim permintaan pertemanan kepada anda”, benar – benar seperti dukun tu Feri. Ternyata benar, kekuatan doa sangatlah kuat, terlebih doa para saudara kita. Berminggu – minggu, berbulan – bulan, bahkan sudah 2 tahun aku dan Nada berkomunikasi melalui sosial media, aku sudah tahu dimana posisinya sekarang. Ia mengontrak rumah di kota palembang, dan bekerja dibidang radiologi disalah satu rumah sakit terakreditasi, sedangkan orangtuanya tinggal di kabupaten sarolangun propinsi Jambi. Tak jarang dia menyinggung kapan aku menemuinya. Aku hanya bisa jawab “iya, kapan – kapan ya”. Padahal aku sangat ingin menemuinya, menemui orang tuanya dan melamarnya. Aku memberanikan diri untuk bicara kepada orangtuaku mengenai perasaanku terhadap Nada, dan respon orangtuaku sangat positif. Aku menunggu Nada pulang kerumah orang tuanya. Dia mengabarkan bahwa dia akan pulang 3 hari sebelum ulang tahunnya, sekarang baru tanggal 18 juli, itu artinya dia akan pulang pada tanggal 24 juli nanti. Aku mengabarkan berita ini kepada orang tuaku, dan akhirnya mereka setuju untuk melamarnya pada tanggal ulang tahunnya yang ke 25 tahun ini. Hari yang di tunggu pun tiba, aku berangkat kerumah orang tua Nada. Mereka terkejut menyambut kedatanganku ketika aku menceritakan bahwa aku hendak melamar Nada. “kalau Bapak ya tergantung Nada nya saja” kata ayahnya Nada, sambil melirik kepada Nada yang tersenyum malu – malu. “gimana Nada? Bersediakah kamu mendampingi hidup aku selamanya?” tanya ku kepada Nada. “Bismillahirrahmanirrahim........ iya sen, Insya Allah aku bersedia” Jawabnya dengan senyum tipis yang dulu selalu membuatku rindu. “alhamdulillah...” Seru seisi rumah secara bersamaan.
Pembuktian Setianya Doa Sahabat Ditempat ku duduk di selasar rumah sakit ini, tak terasa sudah 3 jam aku mengingat masa lalu ku. Bahkan sepasang anak yang menawarkan sarapan tadi pun sudah tak nampak lagi. Lamunanku dibuyarkan oleh panggilan dari anak pertamaku yang bernama Amri El – Azzam. Anakku berkata bahwa ibunya sudah dibawa keruang persalinan. Hatiku sangat gembira, bahwa istriku sebentar lagi akan melahirkan anak keduaku. Aku menggendong anakku dan berlari menuju ruang persalinan, menyaksikan pengorbanan yang luar biasa oleh istriku ini. Hatiku tergetar mendengar tangisan itu, luar biasa mengguncang seluruh perasaanku. Telah lahir permaisuri kecil dari rahim wanita yang sangat aku cintai ini. Aku menangis bahagia setelah mengetahui bahwa anak keduaku adalah perempuan. Lengkap sudah kebaagiaanku saat ini. Aku beranjak keluar membiarkan istriku istirahat dengan buah hatinya. Diluar aku melihat seorang pria berambut gondrong dan berjenggot panjang membawa bingkisan ditangannya. Dia berjalan kearahku. “assalamuallaikum saudaraku” “waallaikum salam Feri, kamu dari mana? tahu dari siapa kalau aku disini?” kataku sambil memeluk Feri, karena memang aku sangat rindu padanya. “aku dari lampung hendak pulang ke jambi, entah mengapa kaki ku melangkah sendiri kesini” Aku tahu dia tidak mengatakan yang sebenarnya, mungkin orang tuaku yang mengabarinya, tapi itu tidak penting, yang penting aku bahagia sahabatku datang dikelahiran anak keduaku ini, karena pada saat pernikahan dan kelahiran anak pertamaku kemarin dia harus berdakwah ke pulau jawa. Aku kira dia sudah melupakanku. “dimana keponakanku itu? Aku sudah tak sabar ingin melihatnya” “ada di dalam, silahkan masuk Fer” Didalam ruangan ternyata istriku sudah terjaga, dia sedikit lupa dengan Feri, setelah lama berbincang – bincang barulah ia teringat bahwa Feri adalah teman SD nya dulu. “nah Fer, aku ada hukuman bagimu yang tidak memenuhi undanganku ketika aku menikah dan kealpaanmu pada saat kelahiran anak pertamaku dulu, kamu harus memberi nama kepada putri cantikku ini” kataku sambil membelai jemari lembut anakku. “haha, aku sudah menduga kamu akan berkata demikian seno. Aku sudah mempersiapkannya untukmu. Shakila Atmarini. Shakila artinya cantik rupawan persis seperti ibunya, dan atmarini artinya memiliki ketajaman hidup persis seperti ayahnya yang ambisius menggapai apa yang ia inginkan.” “tambahkan Syahada dong. Aku ingin pada nama anakku ada syahadanya” kata istriku sambil mengusap rambut halus anakku. “waah, boleh tu, bagus – bagus” kata Feri sambil tersenyum.

Maka diputuskanlah nama permaisuriku Shakila Syahada Atmarini. Allah telah membuktikan kekuasaannya. Kedatangan saudaraku Feri saat itu memberikan warna baru dikeluarga kecilku, terasa sekali doa – doa yang mengiringi langkah kecil bidadari kami. Perjalanan ini membuatku sadar bahwa pendekatan kita kepada Sang Pencipta akan memudahkan kita dalam segala hal, hanya perlu ikhtiar, doa, dan tawaqal. Tapi satu hal yang masih menjadi pikiranku saat ini. Aku tak menyangka ini semua terjadi hanya karena kerang. Lagi – lagi kekuasaanNya terbukti, Allah menyatukan kami hanya dengan kerang. Tak sedikit orang melihat kerang hanyalah makhluk hidup yang hanya bisa diolah sebagai makanan. Namun tidak bagi saya. Kerang memang sederhana, namun didalam kesederhanaannya ada keindahan mutiara yang luar biasa. Selesai
@hansen Rama putra

Follow me @Hello_KittyAR