DAFTAR
ISI
BAB
I
PENDAHULUAN............................................................................................
1
1.1 LATAR
BELAKANG ……………………………………………………………2
1.2 PENGERTIAN
SURVEI CEPAT………………………………………………...4
1.3 LANGKAH
PELAKSANAAN SURVEI………………………………………....5
1.4 METODE
SURVEI CEPAT……………………………………………………....7
a. Jumlah
Sampel
b. Metode Pemilihan Sampel
c. Cara
Pengambilan Sampel
1.5 JENIS
SURVEI……………………………………………………………………10
1.6 TUJUAN
DAN KEGUNAAN SURVEI…………………………………………..11
1.7 PENGOLAHAN
DATA…………………………………………………………...13
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................................14
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian survei
merupakan upaya pengumpulan
informasi darisebagian populasi
yang dianggap dapat mewakili populasi tertentu. Metodeini bertitik
tolak pada konsep,
hipotesis, dan teori
yang sudah mapansehingga tidak akan memunculkan teori
yang baru. Penelitian survei memilikisifat
verifikasi atau pengecekan
terhadap teori yang
sudah ada (Mantra,2001). Dalam
perjalanannya, survei biasa
digunakan untuk mengevaluasiberbagai program
kesehatan (Depkes,
1998) maupun menginvestigasiberbagai status kesehatan dan
penyakit yang aktual di masyarakat (Frerichs& Shaheen,I 2001).Survei
yang lebih dikenal
dengan survei sampel
adalah usahapengumpulan informasi
dari sebagian populasi
yang dianggap mewakilipopulasi tersebut.
Informasi dari masyarakat
dapat diperoleh denganmenggunakan kuisioner (seperti untuk
mengetahui pengetahuan, sikap danperilaku)
atau dengan melakukan
suatu intervensi/pengukuran (sepertipenimbangan, pengukuran tinggi badan
dll.) Informasi yang diperoleh dapatberupa
informasi tentang cakupan,
insidens, prevalensi atau
informasitentang hubungan antar
variabel. Selama ini
kegiatan survei dilaksanakandengan biaya tinggi, sampel besar
dan prosedur yang cukup rumit. Hal inidimaklumi karena survei yang sering
dilakukan adalah pada tingkat provinsibahkan Negara. Tentunya teknik survei seperti ini
kurang memadai untukdilakukan di
tingkat kabupaten, karena rumit, biaya besar dan memerlukanwaktu lama untuk
pengolahan/analisis data.Dinas
Kesehatan Kabupaten tentunya
memerlukan informasi yangberasal
dari masyarakat untuk
perencanaan pembangunan kesehatan
didaerahnya. Saat ini,
di era otonomi
daerah, tentunya Dinas
KesehatanKabupaten
diharapkan mampu menyusun
perencanaan pembangunankesehatan sendiri
yang sesuai dengan
keadaan daerahnya. Agarperencanaan dapat
tersusun dengan baik,
tentunya informasi
darimasyarakat sangat diperlukan. Informasi ini kurang didapat dari data
yangbersumber data laporan
rutin. Untuk mengatasi
kekurangan ini tentunyadapat dilakukan
survei. Tetapi tentu
perlu dicari satu
metode survei yangsederhana, murah
dan cepat sehingga
informasi yang dibutuhkan
dapatdihasilkan secara akurat dan tepat waktu. Survei-survei besar yang
sudahdilakukan selama ini, seperti Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI)maupun Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) ternyata kurang
mampumemenuhi kebutuhan informasi
bagi perencanaan kesehatan
di tingkatkabupaten. World
Health Organization (WHO) telah
mengembangkan satu tekniksurvei
yang cepat dan
murah untuk mengevaluasi keberhasilan programkesehatan. Teknik
survei ini dikenal
sebagai metode survei
cepat (RapidSurvei Method).
Metode ini menerapkan
rancangan sampel cluster
duatahap, dengan pemilihan
cluster tahap pertama
secara
probabilityproportionate to size,
pemilihan sampel pada
tahap kedua yaitu
sampelrumah tangga dilakukan dengan
cara random sederhana
(simple random)atau dengan menerapkan system rumah terdekat. Survei
cepat pertama kalidipakai pada proyek
Expanded Programme on
Immunization dari WHO,untuk mengevaluasi keberhasilan program
imunisasi. Survei cepat dirancang
1/6
Materi Kuliah Survei Cepat-FKM UMS Bejo
Raharjo,SKM,MKessederhana, murah dan
cepat sehingga informasi
yang dibutuhkan dapatdihasilkan secara akurat dan tepat
waktu. Metode ini dikembangkan untukmengatasi
kelemahan survei konvensional. Kegiatan
survei konvensionalbiasanya
dilaksanakan dengan biaya tinggi, sampel besar dan prosedur yangcukup rumit.
Teknik ini kurang
memadai untuk dilakukan
pada tingkatkabupaten/kota, karena
memerlukan waktu lama
untuk pengolahan dananalisis data.Mengingat keunggulan
survei cepat ini,
bagi para pengelola
danperencana program kesehatan di kabupaten/kota, metode survei cepat
perludikuasai untuk menilai
perkembangan kesehatan masyarakat
di wilayahkerjanya pada setiap
periode waktu tertentu (misalnya : per tahun, tiga tahun,lima tahun). Hasil
survei cepat lebih tepat dipakai sebagai bahan evaluasidan perencanaan, karena data yang diambil dari
fakta yang terjadi dalammasyarakat.
Dalam perkembangan selanjutnya, ternyata teknik survei ini jugadapat digunakan
untuk mengevaluasi program kesehatan lain. Kegiatan evaluasi
program kesehatan tidak
dapat dilakukan hanyamengandalkan data rutin, karena
beberapa alasan antara lain : (1) data rutinhanya mencatat kejadian orang yang
meminta pelayanan kesehatan di pusatpelayanan kesehatan di suatu wilayah, (2)
kualitas data rutin biasanya kurangbaik dikarenakan pengisian formulir kurang
lengkap, salah, dan tidak tepatwaktu. Untuk mengatasi ini, perlu dicari sistem
pengumpulan data lain yangnon – rutin dan dapat
menggambarkan keadaan kesehatan di masyarakatserta dapat digunakan
sebagai penunjang sistem informasi yang sudah ada.Umumnya untuk pengumpulan
data dari masyarakat digunakan survei. Padatingkat kabupaten/ kota, teknik
survei ini dilakukan modifikasi yang dikenaldengan survei cepat
A.PENGERTIAN
SURVEI CEPAT
Survai Cepat adalah
salah satu metode survai yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang
suatu masalah dalam jangka waktu yang relatif pendek , dengan biaya yang murah
dan hasil yang optimal. Survai cepat ini dilakukan dengan menentukan kebijakan
terhadap suatu program yang segera ingin dilaksanakan. Dari namanya sebagai
suatu survai yang cepat maka kecepatan waktu yang dimaksud ini adalah hanya
selama 3-4 minggu , mulai dari tahap persiapannya sampai keluarnya laporan
hasil survai .
Keadaan yang menunjang
untuk terlaksananya suatu survai yang cepat ini adalah :
- Kuestinernya yang singkat(15-20 pertanyaan saja)
- Respondennya kecil; sekitar 30 klaster
- Tujuannya tertentu dan terbatas
- Terbatasnya jumlah petugas yang diperlukan (limited personal), dengan kejelasan tugas masing-masing
- Biaya yang tidak perlu besar (limited cost)
- Analisisnya tidak mendalam, tidak perlu waktu lama
Metode yang dipergunakan survai cepat dalam penarikan sampelnya memakai rancangan sampel klaster dua tahap dengan pemilihan klaster pada tahap pertama secara probability proportionate to size. Kemudian pemilihan sampel tahap kedua, dengan pemilihan sampel rumah tangga yang dilakukan secara random sampling atau dengan menerapkan sistim rumah terdekat . Dengan tehnik penarikan sampel ini yang telah diuji coba di lapangan pada berbagai negara sedang berkembang maka dapat dikatakan bahwa metode ini layak diterapkan sebagai cara pengumpulan informasi yang berasal dari masyarakat (population base information) pada tingkat kabupaten.
- Kuestinernya yang singkat(15-20 pertanyaan saja)
- Respondennya kecil; sekitar 30 klaster
- Tujuannya tertentu dan terbatas
- Terbatasnya jumlah petugas yang diperlukan (limited personal), dengan kejelasan tugas masing-masing
- Biaya yang tidak perlu besar (limited cost)
- Analisisnya tidak mendalam, tidak perlu waktu lama
Metode yang dipergunakan survai cepat dalam penarikan sampelnya memakai rancangan sampel klaster dua tahap dengan pemilihan klaster pada tahap pertama secara probability proportionate to size. Kemudian pemilihan sampel tahap kedua, dengan pemilihan sampel rumah tangga yang dilakukan secara random sampling atau dengan menerapkan sistim rumah terdekat . Dengan tehnik penarikan sampel ini yang telah diuji coba di lapangan pada berbagai negara sedang berkembang maka dapat dikatakan bahwa metode ini layak diterapkan sebagai cara pengumpulan informasi yang berasal dari masyarakat (population base information) pada tingkat kabupaten.
B. LANGKAH PELAKSANAAN
SURVEI
Dalam melaksanakan suatu survei cepat maka langkah-langkah yang dapat dilakukan dapat meliputi:
1. Penjabaran secara jelas dan singkat pilihan Masalah Kesehatan.
Masalah terpilih hendaknya cukup spesifik
2. Penentuan populasi penelitian dan penarikan sampel.
Penentuan ini meliputi populasi sasaran , besar sampel, metode sampel yang akan dilakukan.
3. Mengembangkan Cara Pengumpulan Data.
Untuk itu perlu dijelaskan mengenai cara pengumpulan data , alat yang dipergunakan , petugas yang melakukannya . Kontrol kualitis banyak diarahkan kepada ketepatan cara pengumpulan data ini .Uji coba (pre- test) merupakan salah satu persyaratan yang diajukan yang ditujukan untuk mengantisipasi dan mengatasi masalah yang dapat timbul dilapangan dalam pelaksanaan proposal yang diajukan.
4. Pengorganisasian dan Pelaksanaan survai
Setelah survai dianggap layak dilakukan dengan uji coba maka disusunlah bagaimana organisasi dan cara pelaksanaannya sepenuhnya .
Organisasi hendaknya jelas dalam penugasan setiap crosnal (job description).
5. Analisis dan interpretasi laporan
Data yang terkumpul dalam waktu satu sampai dua hari sudah harus masuk ke dalam komputer . Akurasi data harus diperhatikan pada saat proses pemasukan data.Proses analisis data hanya dilakukan jika peneliti yakin bahwa data sudah bebas dari kesalahan. Hasil survai cepat dapat dilaporkan menurut urutan pertanyaan pada kuesioner. Tetapi cara pelaporan seperti ini kurang menarik bagi pengelola program kesehatan, sehingga lebih baik membuat laporan dengan melaporkan temuan utama terlebih dahulu. Hasil survai cepat dapat dilaporkan dalam bentuk tabel dan grafik. Namun untuk persentasi hasil , grafik lebih menarik dan informatif.
Laporan tertulis tidak perlu tebal, tetapi mencakup hasil temuan dari survai. Umumnya, laporan hasil survai cepat berisi:
a. Judul, penulis, waktu survai cepat, kata pengantar, daftar isi.
b. Abstrak yang berisi temuan dan implikasinya.
c. Keterangan tentang masalah penelitian, berisikan latar belakang dan masalah yang diteliti.
d. Tujuan survai.
e. Metodologi: Berisikan tentang indikator utma yang diukur, populasi dan sampel, alat pengukuran, prosedur analisis dan jadwal.
f. Hasil berisikan deskripsi singkat tentang temuan survai, dibagi atas beberapa telaah termasuk di dalamnya tabel dan grafik yang penting.
g. Diskusi berisi interpretasi hasil survai dan implikasinya terhadap program kesehatan di masa yang akan datang.
h. Kesimpulan berisi ringkasan temuan penting dari survai.
i. Saran dan rekomendasi berisi alternatif tindakan bagi perencanaan atau pengelolaan program penelitian lebih lanjut.
j. Daftar pustaka berisi daftar bacaan yang digunakan untuk menyusun laporan survai.
k. Lampiran berisi kuesioner atau instrumen yang digunakan.
6. Pengembangan kegiatan program lanjutan
Implikasi dan rekomendasi yang diberikan tidak selamanya dapat segera dilaksanakan, untuk itu perlu dibuat rencana kegiatan lanjutan sebagai tahapan yang terpisah dan merupakan bagian dari tujuan survai. Rencana tersebut tidak perlu rinci, namun harus meliputi:
a. APA bentuk kegiatan yang akan diambil harus spesifik
b. SIAPA, jelaskan siapa yang bertanggung jawab untuk setiap kegiatan
c. KAPAN waktu untuk memulai dan selesainya.
Dalam beberapa kasus penting perlu dimasukkan pertanyaan
d. DIMANA lokasi kegiatan tersebut akan dilaksanakan
e. BAGAIMANA prosedur yang akan diikuti
f. SUMBER DAYA yang ada dan yang meungkin diperlukan untuk melaksanakan kegiatan yang direncanakan
Hal-hal di atas perlu diperhatikan agar prinsip "Informasi untuk Tindakan" (information for action) dapat terlaksana, jangan sampai laporan survai tersebut hanya tersimpan di dalam lemari tanpa digunakan untuk perencanaan program kesehatan. Sehubungan dengan itu maka rencana kegiatan lanjut perlu dibicarakan dengan seksama dengan pengelola program yang bersangkutan dengan memperhatikan informasi lain yang ada di tingkat kabupaten
Dalam melaksanakan suatu survei cepat maka langkah-langkah yang dapat dilakukan dapat meliputi:
1. Penjabaran secara jelas dan singkat pilihan Masalah Kesehatan.
Masalah terpilih hendaknya cukup spesifik
2. Penentuan populasi penelitian dan penarikan sampel.
Penentuan ini meliputi populasi sasaran , besar sampel, metode sampel yang akan dilakukan.
3. Mengembangkan Cara Pengumpulan Data.
Untuk itu perlu dijelaskan mengenai cara pengumpulan data , alat yang dipergunakan , petugas yang melakukannya . Kontrol kualitis banyak diarahkan kepada ketepatan cara pengumpulan data ini .Uji coba (pre- test) merupakan salah satu persyaratan yang diajukan yang ditujukan untuk mengantisipasi dan mengatasi masalah yang dapat timbul dilapangan dalam pelaksanaan proposal yang diajukan.
4. Pengorganisasian dan Pelaksanaan survai
Setelah survai dianggap layak dilakukan dengan uji coba maka disusunlah bagaimana organisasi dan cara pelaksanaannya sepenuhnya .
Organisasi hendaknya jelas dalam penugasan setiap crosnal (job description).
5. Analisis dan interpretasi laporan
Data yang terkumpul dalam waktu satu sampai dua hari sudah harus masuk ke dalam komputer . Akurasi data harus diperhatikan pada saat proses pemasukan data.Proses analisis data hanya dilakukan jika peneliti yakin bahwa data sudah bebas dari kesalahan. Hasil survai cepat dapat dilaporkan menurut urutan pertanyaan pada kuesioner. Tetapi cara pelaporan seperti ini kurang menarik bagi pengelola program kesehatan, sehingga lebih baik membuat laporan dengan melaporkan temuan utama terlebih dahulu. Hasil survai cepat dapat dilaporkan dalam bentuk tabel dan grafik. Namun untuk persentasi hasil , grafik lebih menarik dan informatif.
Laporan tertulis tidak perlu tebal, tetapi mencakup hasil temuan dari survai. Umumnya, laporan hasil survai cepat berisi:
a. Judul, penulis, waktu survai cepat, kata pengantar, daftar isi.
b. Abstrak yang berisi temuan dan implikasinya.
c. Keterangan tentang masalah penelitian, berisikan latar belakang dan masalah yang diteliti.
d. Tujuan survai.
e. Metodologi: Berisikan tentang indikator utma yang diukur, populasi dan sampel, alat pengukuran, prosedur analisis dan jadwal.
f. Hasil berisikan deskripsi singkat tentang temuan survai, dibagi atas beberapa telaah termasuk di dalamnya tabel dan grafik yang penting.
g. Diskusi berisi interpretasi hasil survai dan implikasinya terhadap program kesehatan di masa yang akan datang.
h. Kesimpulan berisi ringkasan temuan penting dari survai.
i. Saran dan rekomendasi berisi alternatif tindakan bagi perencanaan atau pengelolaan program penelitian lebih lanjut.
j. Daftar pustaka berisi daftar bacaan yang digunakan untuk menyusun laporan survai.
k. Lampiran berisi kuesioner atau instrumen yang digunakan.
6. Pengembangan kegiatan program lanjutan
Implikasi dan rekomendasi yang diberikan tidak selamanya dapat segera dilaksanakan, untuk itu perlu dibuat rencana kegiatan lanjutan sebagai tahapan yang terpisah dan merupakan bagian dari tujuan survai. Rencana tersebut tidak perlu rinci, namun harus meliputi:
a. APA bentuk kegiatan yang akan diambil harus spesifik
b. SIAPA, jelaskan siapa yang bertanggung jawab untuk setiap kegiatan
c. KAPAN waktu untuk memulai dan selesainya.
Dalam beberapa kasus penting perlu dimasukkan pertanyaan
d. DIMANA lokasi kegiatan tersebut akan dilaksanakan
e. BAGAIMANA prosedur yang akan diikuti
f. SUMBER DAYA yang ada dan yang meungkin diperlukan untuk melaksanakan kegiatan yang direncanakan
Hal-hal di atas perlu diperhatikan agar prinsip "Informasi untuk Tindakan" (information for action) dapat terlaksana, jangan sampai laporan survai tersebut hanya tersimpan di dalam lemari tanpa digunakan untuk perencanaan program kesehatan. Sehubungan dengan itu maka rencana kegiatan lanjut perlu dibicarakan dengan seksama dengan pengelola program yang bersangkutan dengan memperhatikan informasi lain yang ada di tingkat kabupaten
C.METODE SURVEY CEPAT
Populasi dan Sampel
Populasi adalah kumpulan individu atau elemen yang ingin kita ketahui karakteristiknya. Populasi dapat berupa kumpulan oragng/individu atau kumpulan barang, tetapi pada penelitian kesehatan masyarakat, populasi umumnya merupakan kumpulan individu atau orang. Sebagai contoh populasi dapat berupa semua balita yang ada di wilayah kerja dinas kesehatan kabupaten atau semua ibu hamil yang ada di daerah puskesmas.
Secara ideal survai harus mencakup semua orang yang termasuk dalam populasi. Jika semua orang yang masuk dalam populasi dapat diwawancarai,maka kita dapat mengukur cakupan program kesehatan secara akurat. Tetapi melakukan wawancara terhadap semua orang yang termasuk ke dalam populasi memerlukan waktu,biaya, dan sumberdaya. Jadi kita perlu mengambil contoh beberapa orang saja yang dapat mewakili semua orang yang ada di populasi. Contoh beberapa orang saja yang kita ambil inilah yang dinamakan sampel. Orang yang kita ambil harus mewakili populasi. Agar kesadaran ini dapat tercapai, maka setiap orang yang ada di dalam populasi harus memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel.
Hasil yang kita diperoleh dari sampel tidak akan persis sama dengan apa yang ada di dalam populasi. Perbedaan antara apa yang diperoleh dari sampel dengan yang sebenarnya pada populasi disebut sampling error.Kesalahan ini selalu terjadi pada survai yang tidak mengikut sertakan seluruh populasi. Namun kesalahan ini dapat diperkecil dengan cara: memilih sampel secara tidak bias, dan memilih sampel yang cukup besar.
Jika sampel tidak mewakili populasi, kita dapat memperoleh hasil yang bias, yaitu estimasi atau cakupan yang dihasilkan berbeda dari nilai cakupan yang ada di populasi. Sebagai contoh, jika kita hanya mewawancarai ibu yang datang ke posyandu untuk mengetahui cakupan imunisasi campak, maka cakupan yang dihasilkan cenderung lebih tinggi dari cakupan yang ada dalam populasi.
Sampel berdasarkan probabilitas memungkinkan setiap orang yang ada dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Agar kita dapat memilih sampel secara probabilitas, maka diperlukan kerangka sampel (sampling frame).
Kerangka sampel adalah daftar semua unit (kabupaten, kecamatan, desa, rumah tangga, orang) di mana kita akan memilih sampel. Di negara berkembang seperti Indonesia sangat sulit untuk mendapatkan daftar penduduk atau rumah tangga secara lengkap, sehingga digunakan kerangka sampel dari unit yang lebih tinggi seperti desa atau kecamatan.
a. Jumlah Sampel
Jumlah sampel yang dibutuhkan pada suatu survei tergantung dari tujuan survai tersebut. Survai dapat dilakukan untuk mengukur parameter suatu populasi seperti cakupan DPT-1, cakupan pemeriksaan antenatal, cakupan K1, dan sebagainya. Survai dapat juga dilakukan untuk melihat suatu intervensi. Untuk tujuan ini survai dilakukan sebelum dan sesudah intervensi atau pada dua daerah yang dilakukan intervensi yang berbeda. Pada tujuan yang kedua ini survai dilakukan untuk menguji suatu hipotesis apakah intervensi dapat membawa dampak pada masyarakat . Dua tujuan survai tersebut memiliki cara yang berbeda untuk menghitung besar sampel yang diperlukan.
Pada survai cepat, umumnya dilakukan untuk melihat cakupan suatu program. Ada rumus khusus yang digunakan untuk menghitung jumlah sampelyang memadai pada survai cepat, tetapi secara praktis dapat dikatakan bahwa jumlah sampel sebanyak 30 X 7 (30 klaster/desa, setiap klaster terdiri atas 7 responden) sudah mencukupi untuk melihat kasus-kasus yang sering terjadi. Jika kita hampir selalu menggunakan jumlah sampel sebanyak 210 orang.
b. Metode Pemilihan Sampel
Seperti yang telah dijelaskan di atas, sampel harus mewakili populasi, semua orang dipopulasi harus memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Syarat ini dapat dipenuhi dengan memilih sampel secara acak dari daftar semua orang di dalam populasi. Cara seperti ini dikenal sebagai pemilihan sampel secara acak sederhana (simple random sampling).
Dalam prakteknya pengambilan sampel secara acak sederhana ini sulit dilakukan. Misalnya kita ingin melakukan survai untuk mengetahui cakupan pemeriksaan antenatal, maka agar kita dapat memilih sampel secara acak sederhana, kita harus memiliki daftar semua nama ibu hamil yang ada dalam populasi.
c. Cara Pengambilan Sampel
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa pada survai cepat cara pengambilan sampel terdiri atas dua tahap yaitu:
- Pemilihan 30 klaster
- Pemilihan responden
Cluster Sampling adalah proses penarikan sampel secara acak pada kelompok individu dalam populasi yang terjadi secara alamiah, misalkan berdasarkan wilayah (kodya, kecamatan, desa , dan seterusnya). Cara ini sangat efisien bila populasi tersebar sangat luas sehingga tidak mungkin untuk membuat daftar untuk seluruh tersebut. Contoh: jika kita ingin meneliti kartakteristik penderita keracunan pestisida di Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia, bila diinginkan hanya sebagian dari kasus yang terdaftar di rumah sakit, dilakukan klaster sampling yaitu dengan melakukan random sampling pada setiap rumah sakit tanpa berusaha untuk menjumlahkan pasien yang terdaftar pada seluruh rumah sakit.
Pada survai komunitas sering dilakukan two stage claster sampling seperti contoh berikut: Misalnya kita ingin meneliti karies dentis pada anak sekolah di Makassar, dibutuhkan 6000 subjek yang diharapkan mewakili seluruh anak di Makassar, dari daftar sekolah di Depdikbud Makassar diambil secara random misalnya 100 sekolah. Dari keseratus sekolah tersebut masing-masing diambil sebanyak 60 orang dari tiap anak secara random sampling.
Keuntungan lain cara ini adalah bahwa pada tiap klaster biasanya subjek lebih kurang homogen. Misalnya di kelas tertentu cenderung untuk dihuni oleh penduduk pada tingkat sosial ekonomi yang tidak berbeda mencolok, meskipun tidak sama sekali homogen.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah kumpulan individu atau elemen yang ingin kita ketahui karakteristiknya. Populasi dapat berupa kumpulan oragng/individu atau kumpulan barang, tetapi pada penelitian kesehatan masyarakat, populasi umumnya merupakan kumpulan individu atau orang. Sebagai contoh populasi dapat berupa semua balita yang ada di wilayah kerja dinas kesehatan kabupaten atau semua ibu hamil yang ada di daerah puskesmas.
Secara ideal survai harus mencakup semua orang yang termasuk dalam populasi. Jika semua orang yang masuk dalam populasi dapat diwawancarai,maka kita dapat mengukur cakupan program kesehatan secara akurat. Tetapi melakukan wawancara terhadap semua orang yang termasuk ke dalam populasi memerlukan waktu,biaya, dan sumberdaya. Jadi kita perlu mengambil contoh beberapa orang saja yang dapat mewakili semua orang yang ada di populasi. Contoh beberapa orang saja yang kita ambil inilah yang dinamakan sampel. Orang yang kita ambil harus mewakili populasi. Agar kesadaran ini dapat tercapai, maka setiap orang yang ada di dalam populasi harus memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel.
Hasil yang kita diperoleh dari sampel tidak akan persis sama dengan apa yang ada di dalam populasi. Perbedaan antara apa yang diperoleh dari sampel dengan yang sebenarnya pada populasi disebut sampling error.Kesalahan ini selalu terjadi pada survai yang tidak mengikut sertakan seluruh populasi. Namun kesalahan ini dapat diperkecil dengan cara: memilih sampel secara tidak bias, dan memilih sampel yang cukup besar.
Jika sampel tidak mewakili populasi, kita dapat memperoleh hasil yang bias, yaitu estimasi atau cakupan yang dihasilkan berbeda dari nilai cakupan yang ada di populasi. Sebagai contoh, jika kita hanya mewawancarai ibu yang datang ke posyandu untuk mengetahui cakupan imunisasi campak, maka cakupan yang dihasilkan cenderung lebih tinggi dari cakupan yang ada dalam populasi.
Sampel berdasarkan probabilitas memungkinkan setiap orang yang ada dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Agar kita dapat memilih sampel secara probabilitas, maka diperlukan kerangka sampel (sampling frame).
Kerangka sampel adalah daftar semua unit (kabupaten, kecamatan, desa, rumah tangga, orang) di mana kita akan memilih sampel. Di negara berkembang seperti Indonesia sangat sulit untuk mendapatkan daftar penduduk atau rumah tangga secara lengkap, sehingga digunakan kerangka sampel dari unit yang lebih tinggi seperti desa atau kecamatan.
a. Jumlah Sampel
Jumlah sampel yang dibutuhkan pada suatu survei tergantung dari tujuan survai tersebut. Survai dapat dilakukan untuk mengukur parameter suatu populasi seperti cakupan DPT-1, cakupan pemeriksaan antenatal, cakupan K1, dan sebagainya. Survai dapat juga dilakukan untuk melihat suatu intervensi. Untuk tujuan ini survai dilakukan sebelum dan sesudah intervensi atau pada dua daerah yang dilakukan intervensi yang berbeda. Pada tujuan yang kedua ini survai dilakukan untuk menguji suatu hipotesis apakah intervensi dapat membawa dampak pada masyarakat . Dua tujuan survai tersebut memiliki cara yang berbeda untuk menghitung besar sampel yang diperlukan.
Pada survai cepat, umumnya dilakukan untuk melihat cakupan suatu program. Ada rumus khusus yang digunakan untuk menghitung jumlah sampelyang memadai pada survai cepat, tetapi secara praktis dapat dikatakan bahwa jumlah sampel sebanyak 30 X 7 (30 klaster/desa, setiap klaster terdiri atas 7 responden) sudah mencukupi untuk melihat kasus-kasus yang sering terjadi. Jika kita hampir selalu menggunakan jumlah sampel sebanyak 210 orang.
b. Metode Pemilihan Sampel
Seperti yang telah dijelaskan di atas, sampel harus mewakili populasi, semua orang dipopulasi harus memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Syarat ini dapat dipenuhi dengan memilih sampel secara acak dari daftar semua orang di dalam populasi. Cara seperti ini dikenal sebagai pemilihan sampel secara acak sederhana (simple random sampling).
Dalam prakteknya pengambilan sampel secara acak sederhana ini sulit dilakukan. Misalnya kita ingin melakukan survai untuk mengetahui cakupan pemeriksaan antenatal, maka agar kita dapat memilih sampel secara acak sederhana, kita harus memiliki daftar semua nama ibu hamil yang ada dalam populasi.
c. Cara Pengambilan Sampel
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa pada survai cepat cara pengambilan sampel terdiri atas dua tahap yaitu:
- Pemilihan 30 klaster
- Pemilihan responden
Cluster Sampling adalah proses penarikan sampel secara acak pada kelompok individu dalam populasi yang terjadi secara alamiah, misalkan berdasarkan wilayah (kodya, kecamatan, desa , dan seterusnya). Cara ini sangat efisien bila populasi tersebar sangat luas sehingga tidak mungkin untuk membuat daftar untuk seluruh tersebut. Contoh: jika kita ingin meneliti kartakteristik penderita keracunan pestisida di Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia, bila diinginkan hanya sebagian dari kasus yang terdaftar di rumah sakit, dilakukan klaster sampling yaitu dengan melakukan random sampling pada setiap rumah sakit tanpa berusaha untuk menjumlahkan pasien yang terdaftar pada seluruh rumah sakit.
Pada survai komunitas sering dilakukan two stage claster sampling seperti contoh berikut: Misalnya kita ingin meneliti karies dentis pada anak sekolah di Makassar, dibutuhkan 6000 subjek yang diharapkan mewakili seluruh anak di Makassar, dari daftar sekolah di Depdikbud Makassar diambil secara random misalnya 100 sekolah. Dari keseratus sekolah tersebut masing-masing diambil sebanyak 60 orang dari tiap anak secara random sampling.
Keuntungan lain cara ini adalah bahwa pada tiap klaster biasanya subjek lebih kurang homogen. Misalnya di kelas tertentu cenderung untuk dihuni oleh penduduk pada tingkat sosial ekonomi yang tidak berbeda mencolok, meskipun tidak sama sekali homogen.
1.5
Jenis survei, antara lain:
1. Jenis survei secara
umum, ada 2 yaitu:
a. Survei yang lengkap, yaitu yang mencakup seluruh populasi atau elemen-elemen yang menjadi objek penelitian. Survei tipe ini disebut sensus.
b. Survei yang hanya menggunakan sebagian kecil dari populasi, atau hanya menggunakan sampel dari populasi. Jenis ini sering disebut sebagai sample survey method.
a. Survei yang lengkap, yaitu yang mencakup seluruh populasi atau elemen-elemen yang menjadi objek penelitian. Survei tipe ini disebut sensus.
b. Survei yang hanya menggunakan sebagian kecil dari populasi, atau hanya menggunakan sampel dari populasi. Jenis ini sering disebut sebagai sample survey method.
2. Jenis survei secara
ilmu penelitian, yaitu:
a. Penelitian Exploratif (Penjajagan): Terbuka, mencari-cari, pengetahuan peneliti tentang masalah yang diteliti masih terbatas. Pertanyaan dalam studi penjajagan ini misalnya : Apakah yang paling mencemaskan anda dalam hal infrastruktur di daerah Kalbar dalam lima tahun terakhir ini? Menurut anda, bagaimana cara perawatan infrastruktur jalan dan jembatan yang baik?
b. Penelitian Deskriptif : Mempelajari masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, sikap, pandangan, proses yang sedang berlangsung, pengaruh dari suatu fenomena; pengukuran yang cermat tentang fenomena dalam masyarakat. Peneliti menegmbangkan konsep, menghimpun fakta, tapi tidak menguji hipotesis;
c. Penelitian Evaluasi : mencari jawaban tentang pencapaian tujuan yang digariskan sebelumnya. Evaluasi disini mencakup formatif (melihat dan meneliti pelaksanaan program), Sumatif (dilaksanakan pada akhir program untuk mengukur pencapaian tujuan);
d. Penelitian Eksplanasi (Penjelasan) : menggunakan data yang sama, menjelaskan hubungan kausal antara variabel melalui pengujian hipotesis;
e. Penelitian Prediksi : Meramalkan fenomena atau keadaan tertentu;
f. Penelitian Pengembangan Sosial : Dikembangkan berdasarkan survei yang dilakukan secara berkala: Misal : Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kalbar, 1998-2003;
a. Penelitian Exploratif (Penjajagan): Terbuka, mencari-cari, pengetahuan peneliti tentang masalah yang diteliti masih terbatas. Pertanyaan dalam studi penjajagan ini misalnya : Apakah yang paling mencemaskan anda dalam hal infrastruktur di daerah Kalbar dalam lima tahun terakhir ini? Menurut anda, bagaimana cara perawatan infrastruktur jalan dan jembatan yang baik?
b. Penelitian Deskriptif : Mempelajari masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, sikap, pandangan, proses yang sedang berlangsung, pengaruh dari suatu fenomena; pengukuran yang cermat tentang fenomena dalam masyarakat. Peneliti menegmbangkan konsep, menghimpun fakta, tapi tidak menguji hipotesis;
c. Penelitian Evaluasi : mencari jawaban tentang pencapaian tujuan yang digariskan sebelumnya. Evaluasi disini mencakup formatif (melihat dan meneliti pelaksanaan program), Sumatif (dilaksanakan pada akhir program untuk mengukur pencapaian tujuan);
d. Penelitian Eksplanasi (Penjelasan) : menggunakan data yang sama, menjelaskan hubungan kausal antara variabel melalui pengujian hipotesis;
e. Penelitian Prediksi : Meramalkan fenomena atau keadaan tertentu;
f. Penelitian Pengembangan Sosial : Dikembangkan berdasarkan survei yang dilakukan secara berkala: Misal : Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kalbar, 1998-2003;
1.6
Tujuan dan Kegunaan Survei, antara lain:
Tujuan dari survey adalah memaparkan data dari objek penelitian, dan menginterpretasikan dan menganalisisnya secara sistematis. Kebenaran informasi itu tergantung kepada metode yang digunakan dalam survei.
Kegunaan dari survei antara lain: (1) Untuk memperoleh fakta dari gejala yang ada;
Tujuan dari survey adalah memaparkan data dari objek penelitian, dan menginterpretasikan dan menganalisisnya secara sistematis. Kebenaran informasi itu tergantung kepada metode yang digunakan dalam survei.
Kegunaan dari survei antara lain: (1) Untuk memperoleh fakta dari gejala yang ada;
(2) Mencari keterangan
secara faktual dari suatu kelompok, daerah dsb;
(3) Melakukan evaluasi
serta perbandinagn terhadap hal yang telah dilakukan orang lain dalam menangani
hal yang serupa;
(4) Dilakukan terhadap
sejumlah individu / unit baik secara sensus maupun secara sampel; dan
(5) Hasilnya untuk
pembuatan rencana dan pengambilan keputusan;
Prosedur
Penelitian
1.Pemilihan kluster
Survei ini menggunakan software CSURVEY untuk membantu dalam pemilihan kluster.
Peneliti mencari data kluster dimana dalam penelitian ini adalah desa, yang
meliputi jumlah desa diseluruh kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali dan jumlah
penduduk tiap desa. Data nama desa danjumlah penduduk dimasukkan dalam software
C-Survey, kemudian dilakukan pemilihan jumlah kluster untuk tiap-tiap desa.
Dalam penelitian ini jumlah kluster ditentukan sebanyak 30 kluster, sedangkan
jumlah desa yang ada di wilayah Kecamatan Ngemplak sebanyak 12 desa.
Menggunakan aplikasi CSURVEY dapat memudahkan dalam pemilihan secara acak
dengan menganut prinsip probability proportionate to size, maka terpilih jumlah
kluster untuk tiap-tiap desa sebagaimana dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
1. Jumlah Sampel Tiap Kluster Survei
Efektifitas Penanggulangan DBD Dengan PSN Di Kecamatan Ngemplak Kabupaten
Boyolali NO DESA JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KLUSTER JUMLAH SAMPEL TIAP KLUSTER
TOTAL SAMPEL 1 Sawahan 8.612 7 2 Donohudan 6.520 7 3 Dibal 5.959 7 4 Manggung
6.171 7 5 Sindon 5.062 7 6 Ngesrep 6.099 7 7 Kismoyoso 6.304 7 8 Giriroto 5.805
7 9 Sobokerto 5.989 7 10 Ngargorejo 3.531 7 11 Gagaksipat 6.447 7 12 Pandeyan
7.044 7 Jumlah 73.543 30 7 210 Sumber : Profil Puskesmas Kecamatan Ngemplak
Kabupaten Boyolali 2015
2.Pemilihan sampel
Peneliti menuju ke tempat yang diperkirakan merupakan pusat (tengah) wilayah
kampung, yaitu Balai Desa. Kemudian dilakukan pelemparan koin Rp 100,- (lama)
yang terdapat gambar gunungan, arah yang ditunjuk oleh kerucut gunungan
merupakan arah yang harus dilalui peneliti (Depkes RI, 1996). Tahap pertama
dilakukan pemetaan dari rumah-rumah yang ada di desa, baik yang berada di kiri
maupun dikanan. Lalu jika ditemukan persimpangan jalan digunakan koin
untuk menentukan arah mana yang ingin diambil untuk disurvei. Setelah pemetaan
selesai, rumah-rumah yang dipetakan diberi nomor urut dari tempat awal peneliti
berangkat. Pemilihan rumah pertama yang didatangi untuk penelitian dilakukan
dengan bantuan tabel angka acak. Peneliti mendatangi rumah pertama yang
terpilih, jika ada sampel yang memenuhi syarat maka dilakukan wawancara. Jika
tidak ada sampel yang memenuhi syarat maka mendatangi rumah berikutnya. Rumah
berikutnya yang didatangi adalah rumah yang terdekat dengan rumah yang telah
didatangi (baik ada sampel yang memenuhi syarat atau tidak). Pengertian rumah
terdekat adalah yang jarak antar pintu utamanya paling dekat. Kemudian
dilakukan wawancara pendahuluan untuk perkenalan dan menanyakan apakah
responden setuju untuk menjalani prosedur penelitian. Dilakukan wawancara
dengan kuesioner terstruktur oleh peneliti. Jadwal Survei Jadwal survei
cepat efektivitas penanggulangan DBD dengan PSN di wilayah kecamatan Ngemplak
kabupaten Boyolali tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2.
Jadwal Kegiatan Survei Cepat Efektifitas Penanggulangan DBD dengan PSN di
Wilayah Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali 2016 No Kegiatan Mei Juni Juli 4
1 2 3 4 1 2 3 4 1
1 Penyusunan Proposal
2
Pengumpulan Data
3. Pelaporan Hasil
Survei
4. Revisi Laporan
5. Pengumpulan Laporan
1.7 Pengolahan
Data
1.Penyuntingan Sebelum
data diolah lebih lanjut dengan menggunakan bantuan perangkat komputer,
dilakukan koreksi data bersamaan dengan pengambilan data dari responden setelah
pengisian kuisioner. 2.Pengkodean Pengkodeaan dilakukan pada kuisioner untuk
memudahkan pengumpulan dan pengelompokan data.
3.Pembersihan Dilakukan
untuk menilai apakah data yang dikumpulkan sudah sesuai dengan yang diharapkan
atau tidak. Jika terjadi kesalahan atau kekurangan maka akan dilakukan
kunjungan lapangan lagi untuk memperbaiki kesalahan atau bila terjadi
kekurangan.
4.Tabulasi Data yang
telah dikumpulkan kemudian ditabulasi, disusun berdasarkan variabel yang
diteliti menurut kelompok variabel. Tabulasi disusun berupa tabel distribusi
dan tabulasi silang.
5.Penyajian data Data
disajikan dalam bentuk grafik (batang, garis), cross table dan distribusi
frekuensi. 6.Rancangan analisis data Analisa yang dilakukan adalah analisa
deskriptif analitik yaitu dengan menyajikan distribusi frekuensi dari
masing-masing variabel yang diteliti. Variabel-variabel tersebut disajikan
dalam bentuk tabel untuk mengetahui proporsi pada masing-masing responden yang
diteliti. Analisa data dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan software
Epi Info versi 3.58.
http://blogkesmas.blogspot.co.id/2010/11/rapid-survey-survey-cepat.html